Hanya impian -,-

Waktu itu saya kelas 2 SMA. Seperti biasa di akhir tahun pasti ada wisuda dari kelas 3, saya dipilih menjadi pengisi acara. Saya membawakan tari daerah bersama teman dan adik kelas untuk ikut meramaikan acara wisuda kakak kelas.

Acaranya cukup menarik, dan membuat saya hhmm termotivasi untuk cepat-cepat lulus juga. Tetapi ada sebuah acara yang membuat saya sangat sangat sangat termotivasi. Yaitu pengumuman siswa terbaik di SMA. Bagaimana tidak tertarik, dihadapan semua teaman-teman di hadapan semua guru-guru dihadapan kepala sekolah serta ketua yayasan di depan semua wali murid dan yang terpenting di hadapan orang tua sendiri. Melihat kakak-kakak naik panggung mengambil piagam dan dipanggil sebagai siswa lulusan terbaik di sekolah pasti rasanya bangga sekali. SAYA HARUS BISA!!

Beberapa lama kemudian masuk lah kelas 3 SMA. saya tidak pernah lupa soal menjadi siswa lulusan terbaik di sekolah. Maka dari itu saya belajar dan sangat berusaha agar selalu mendapat nilai yang bagus. Impian saya untuk bisa membanggakan orang tua saya yang datang ke acara wisuda kelulusan nanti.

Tiba saatnya, hari itu sekolah kembali mengadakan wisuda kelulusan untuk angkatan saya. Selama satu tahun itu pun saya selalu ingat impian saya tersebut. Memang saya tidak pernah memberi tahu kepada siapapun tentang impian saya ini, karena saya memang takut gagal dan malu nantinya.

Ternyata panitia ditahun ini lebih kreatif, ada acara Silver 2 award. Ditujukan untuk angatan saya dengan beberapa katagori. Untuk kelas IPA, saya masuk sebagai nominasi. Yahh tetapi ternyata hanya sekedar nominasi haha padahal dalam hati saya sudah ingin sekali mendapatkan itu, ditambah teman-teman malah menyebutkan nama saya, itu pula yang membuat saya lebih optimis. Tetapi saya yakin teman saya itu memang jauh lebih cocok menerimanya :)

Tiba saatnya pengumuman siswa terbaik lulusan di sekolah, inilah impian terbesar saya. Satu tahun saya berusaha untuk ini, untuk membanggakan orang tua saya agar tidak sia-sia datang ke acara wisuda saya ini.

Hhmm ternyata impian hanya sekedar impian, harapan hanya sekedar harapan. Meskipun sudah di barengi dengan usaha yang keras, ternyata belum cukup untuk saya untuk mendapatkan gelar tersebut. Ketika di umumkan kembali teman-teman saya meneriakkan nama saya. Saya dan mereka mungkin yakin kalau saya pantas menerimanya. Namun ketika dibacakan yang keluar adalah nama teman saya dari kelas sebelah. Yaaa saya tau, dia adalah mantan ketua Osis di sekolah. Dia pasti sangat pintar dan sangat dikenal oleh semua orang. Saya dan teman-teman saya sama kagetnya, saya yakin saya pantas menerima gelar itu. Yaa kalau mau tau, sempat berkaca-kaca juga mata ini ketika pengumuman itu. Hmm gimana tidak, itukan impian saya setahun yang lalu ternyata saya tidak bisa. Ternyata saya tidak bisa membanggakan orang tua saya yang datang hari itu.

Padahal kalau mau dilihat prestasi saya juga tidak kalah, saya mendapatkan nilai try out tertinggi, saya pernah mengikuti olimpiade matematika mewakili SMA *meskipun ga lolos, saya juga selalu mendapatkan ranking, dan ternyata saya pun berhasil masuk Perguruan Tinggi Negeri lewat jalur SNMPTN yang dari sekolah saya cuma ada 2 orang yang berhasil lolos. Tapi ayoolah na sudah sudah, mungkin dilihat dari pertimbangan lain memang dia yang lebih baik daripada dirimu.

Sudah lebih dari setahun peristiwa ini terjadi, tetapi saya masih merasakan perasaan sesal. Saya masih belum mampu benar-benar membuat orang tua saya bangga ternyata. Mengingat waktu nama saya disebutkan sebagai nominasi di Silver 2 award, waktu itu ibu saya melihat saya tersenyum dengan penuh rasa bangga sambil orang tua lain bertanya "itu anak ibu kan?" ibu saya pun dengan bangga berkata "iya itu anak saya". Hhmm hari itu hati saya tersakiti dua kali.

Sampai sekarang saya masih mengingat jelas kejadian ini. Dimana impian saya hanya menjadi sebuah impian. Saya gagal.

Tetapi saya mengambil hikmah dari sini bahwa, di atas langit masih ada langit. Saya bukanlah orang yang terbaik, karena setelah saya masih ada orang yang jauh lebih baik lagi. Saya tidak boleh patah semangat, karena masih banyak lagi yang bisa saya lakukan agar orang tua saya bangga. Hidup saya masih terlalu jauh kalau hanya untuk menyesali yang sudah sudah :)

Posting Komentar

2 Komentar