Tiga Bulan Kemudian~


hhmm... sudah tiga bulan berlalu dari yang kujanjikan akan  bercerita tentang keguguranku. Entahlah, kalau berita baik pasti semangat buat share. Tapi kalau berita sedih, duhhh jangankan mau nulis mikirinnya aja sedih setengah mati.
Tapi karena sudah janji, dan lukanya juga sudah mulai sembuh, maka akan ku ceritakan sedikit banyak di sini.
Dipostingan sebelum ini, sudah percaya diri banget ya sore bakal ke beberapa dokter praktek buat meyakinkan kami tentang kondisi kandunganku. Qadarullah, belum sampai sore, tepatnya adzan dzuhur. Ketika ingin sholat, ada rasa kurang nyaman kembali dari perut. Segera ku pastikan dengan menggunakan tissue darah yang keluar. Allahu.. ternyata semakin banyak. Banyak Sekali.
Lemas, sedih, takut, khawatir bercampur menjadi satu.
Suamiku tidak lagi ingin menunggu sampai dokter praktek buka. Segera aku dibawa ke IGD rumah sakit terdekat untuk melakukan pemeriksaan. Namun, sebelum jalan dia sudah memintaku untuk mengikhlaskan jika memang belum rezeki kami. Pasrah! Allah Maha Tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Sampai di IGD, perawat yang berjaga melihat buku kontrol kehamilanku yang memang sudah ditulisi vonis keguguran, langsung mengatakan harus dirawat inap dan besok dilakukan penanganan kuretase. Allahu Allah... Hati ibu mana yang tidak sakit, perih  dan terluka mendengar anak yang sudah diimpikannya harus diambil kembali. Yaaa.. lagi-lagi kali ini hanya bisa pasrah.
Malam hari, di ruang rawat inap. Aku dan suamiku yang hanya berdua saja mengungkapkan perasaan kami masing-masing. Aku merasa ada ketakutan yang lebih besar dari yang biasanya. Tidak berhenti tangannya mengelus kepalaku sampai akhirnya aku tertidur pulas.
Pagi harinya, pukul 9 aku benar-benar harus masuk ruang operasi yang dinginnya tidak tertahankan, dilepas semua pakaian, disorot dengan lampu, dipakaikan alat deteksi jantung, serta alat bantu pernapasan. Masih sempat aku berpikir, bisakah aku menggantikan tempat anakku? bolehkah anakku saja yang selamat? Lalu aku tertidur panjang setelah mendapatkan obat bius.
                               ~~~~
Ketika aku berhasil membuka mata, aku sudah berada di ruanganku. Ada suami yang sepertinya sedari tadi menunggu kesadaranku. Yang kulakukan setelah melihatnya adalah menangis. Aku merasa punya banyak dosa kepadanya, aku belum memberikannya kebahagiaan apa-apa, sedangkan dia memberikan banyak kebahagiaan setiap harinya. 
Yang kuingat saat itu suamiku mengatakan, aku tidak boleh sakit lagi, aku harus sehat terus, dia tidak pernah rela kalau aku harus selalu masuk ruang operasi lalu ditusuk berbagai jarum. 
Itulah suamiku, dia tidak pernah memikirkan perasaannya. Ia hanya memikirkan aku dan kebahagiaan rumah tangganya.

Mungkin Allah belum mempercayakan kehadiran seorang anak bagiku, tapi aku bersyukur Allah sudah mempercayakan aku mendapatkan suami yang terhebat ❤️

Posting Komentar

0 Komentar